Met datang

Met datang di Blog Konseling UIN, blog ini berisikan materi-materi seputar konseling, dan sebagian lainnya materi keagamaan serta kesehatan reproduksi, semoga teman-teman yang berkunjung bisa memanfaatkan kontent materi yang ada di blog

Jumat, 21 November 2008

Intelegensi Remaja

INTELEGENSI REMAJA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Abstraksi

Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mempelajari intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi, serta menjelaskan secara teoritik tentang intelegensi.

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif. Serta peneliitian ini menggunakan pendekatan psikologi untuk mekaji hal yang menjadi pokok pembahasan.

Kesimpulan tentang pembahasan intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi ialah remaja harus dapat menyiapkan diri secara penuh dalam mengahadapi era globalisasi, karena globalisasi tidak hanya memiliki dampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif serta Remaja sebagai bibit potensial untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan memilah apa yang baik dan yang buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

1. PENDAHULUAN

A. Judul Laporan

Laporan ini berjudul “Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi”.

B. Latar Belakang Masalah

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Tehnologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif.

Dampak positif dari tehnologi pada era globalisasi adalah semakin mudah dan cepatnya arus informasi yang bisa didapat oleh masyarakat, saat ini jarak antar benua didunia sudah tidak ada. Informasi dipelosok Indonesia dengan mudah dan cepat bisa diketahui oleh orang-orang di Amerika begitu pula sebaliknya, semakin canggihnya fasilitas saat ini sehingga dapat memanjakan konsumen yang membutuhkan. Tidak hanya itu saja, saat ini alat komunikasi tidak hanya berpatokan dengan telpon rumah seperti empat lima tahun yang lalu, namun bisa menggunakan handphone yang dapat dibawa kemana-mana, handphone pun tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sudah di fasilitasi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti kamera, mp3 player, dll.

Namun tehnologi yang didapat masyarakat tidak hanya membawa dampak positif saja, tetapi juga membawa dampak negatif, dampak negatif ini dapat dilihat seperti banyaknya penyalah gunaan internet, internet yang semestinya digunakan untuk mencari informasi seluas-luasnya namun ada yang mengakses hanya untuk membuka situs porno dan vulgar, masalah ini saat ini sampai Negara RI ikut menggulangi dengan memblokir seluruh situs yang menampilkan hal-hal yang berbau porno dan vulgar, baik itu berupa gambar, video, animasi, maupun cerita-cerita porno yang mampu membuat pembacanya mengkhayal tidak jelas, contoh penyalahgunaan tehnologi yang membawa dampak negatif adalah penyalah gunaan fasilitas handphone seperti video porno yang direkam lewat kamera handphone.

Masa remaja pada diri manusia adalah masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pada masa ini kondisi kejiwaan seorang individu cenderung tidak stabil, setiap saat berubah-ubah bahkan tanpa ada pengaruh sedikit pun dapat berubah. Pada masa ini individu berusaha mencari jati diri dan pendirian, hal ini juga dilakukan dengan mencoba hal-hal yang baru dikenal, karena hal tersebut banyak remaja tidak dapat melewati masa dengan baik sebab gagal pada masa tersebut, banyak yang menjadi pecandu narkoba, hamil diluar nikah, tindakan kriminal, dll.

Karena hal tersebut dalam melewati masa remaja seorang individu diharapkan memiliki pendamping yang dapat membimbing dan mengingatkan pada setiap perilakunya, disamping itu intelegensi seorang individu juga dibutuhkan dalam melewati masa ini.

C. Pembatasan Masalah

Dalam karya ini hanya akan dibahas tentang intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi. Tinjauan psikologis menjadi fokus penulisan karya ini, sebagai upaya untuk mempelajari proses perkembangan kejiwaan remaja dalam menghadapi era globalisasi.

D. Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang membahas masalah sosial, maka dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif.

2. PEMBAHASAN

A. Pengertian Istilah

Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu.[1]

Remaja adalah : Mulai dewasa, sampai umur untuk kawin.[2] Globalisasi Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.[3]

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat integensi seseorang individu ada dua, yaitu :

1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.[4]

C. Pengaruh Positif-Negatif dari Globalisasi
Pengaruh positif Globalisasi

· Pada bidang globalisasi, teknologi berkembang pesat. Baik teknologi informasi, komunikasi, maupun transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan melewati batas-batas negara.

· Pada bidang Sosial-Budaya, karena transportasi manusia dapat bergerak dinamis dalam bermigrasi, oleh karena itu kadang-kadang terjadi akulturasi budaya.

Pengaruh negatif Globalisasi

· Pada bidang teknologi terjadi penyalah gunaan funsi teknologi untuk hal-hal yang melanggar norma, seperti video porno yang direkam via handphone, atau kasus penipuan via internet.

· Pada bidang Sosial-Budaya, eksistensi kebudayaan lokal suatu daerah terancam akan budaya baru yang terkesan lebih modern, seperti semakin jarang dikenalnya kebudayaan daerah dan pakaian adapt

D. Jenis-jenis potensi Integensi

Menurut Howard Gardner, jenis-jenis potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut.

1. Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.

2. Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan. [5]

3. Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.

4. Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.

5. Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.

6. Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seserang motivator dan fasilitator.

7. Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi(merenung) dan keseimbangan diri.

8. Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.

9. Intelegensi eksistensial, kemampuan seseorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati. [6]

3. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam pembahasan mengenai Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi, antara lain :

1. Remaja dalam menghadapi harus memilki kematangan dalam hal intelegensi, karena globalisasi tidak hanya berdampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif.

2. Faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang ada dua, yakni faktor keturunan dan faktor lingkungan.

3. Menurut Howard Gardner jenis-jenis intelegensi ada sembilan, yakni : Intelegensi linguistik, Intelegensi matematis-logis, Intelegensi ruang, Intelegensi kinestetik-badani, Intelegensi musikal, Intelegensi interpersonal, Intelegensi intrapersonal, Intelegensi naturalis, dan Intelegensi eksistensial.

4. Remaja sebagai bibit potensial untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan memilah apa yang baik dan yang buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

David Wechsler, 2006, Intelegensi sebagi tolak ukur manusia. Jakarta : Gramedia.

W.J.S Peorwadarminta,1985, Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1985

Anonim, Definisi Globalisasi, www.wikimedia Indonesia.com, diakses 12 Mei 2008

F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1994, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Saifudin Ma’arif, 2004, Agama Sebagai Terapi Jiwa. Bandung :PT Remaja Rosda Karya.



[1] David Wechsler, Intelegensi sebagi tolak ukur manusia, (Jakarta : Gramedia, 2006), hlm 7

[2] W.J.S Peorwadarminta, Kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hlm 813

[3] Anonim, Definisi Globalisasi, www.wikimedia Indonesia.com, diakses 12 Mei 2008

[4] F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994), hlm 11

[5] Saifudin Ma’arif, Agama Sebagai Terapi Jiwa, (Bandung :PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 73

[6] Ibid,, hlm 73

Tidak ada komentar: