Met datang

Met datang di Blog Konseling UIN, blog ini berisikan materi-materi seputar konseling, dan sebagian lainnya materi keagamaan serta kesehatan reproduksi, semoga teman-teman yang berkunjung bisa memanfaatkan kontent materi yang ada di blog
Tampilkan postingan dengan label Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penelitian. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 November 2008

Metode Dakwah

Nama : Muhammad Fuad Hasyim

Kelas : BKI 1B

NIM : 07220040

Metode dakwah yang tepat didaerah asal

1. Membuat Pengajian di mushola dekat rumah untuk umum, kitab yang disajikan bisa berupa kitab fiqih, akhlaq, dll.

§ Alasan : karena masyarakat di desa saya sangat kurang sekali kegiatan keagamaan, apalagi pengetahuan tentang agamanya juga sangat sedikit, karena hal itu metode dakwah yang tepat untuk masyarakat desa saya yang pertama adalah dengan mengadakan pengajian rutin pembacaan kitab-kitab salaf yang diadakan oleh pengurus mushola atau pemuda-pemuda desa yang bisa dan mampu memahami kitab-kitab salaf yang diberikan untuk masyarakat umum dengan gratis dan boleh diikuti semua kalangan masyarakat. Waktu pengajiaannya seminggu bisa dua kali dengan kitab yang berbeda serta jamnya bisa diambil kesepakatan dengan masyarakat terlebih dahulu.

2. Membuat ruangan khusus di mushola untuk dijadikan perpustakaan dan tama bacaan yang berisis buku-buku islami.

§ Alasan : karena di desa saya walaupun termasuk desa yang besar dan ramai sampai sekarang belum terdapat satu pun perpustakaan, baik yang bersifat umum atau islami oleh sebab itu tingkat baca masyarakat sangat kurang sekali karena keterbatasan buku dan sarana prasarana, untuk itu sebagai media dakwah yang cukup efektif adalah dengan membuat perpustakaan atau taman bacaan dimushola yang dibuka untuk umum, hal ini bisa sebagai media dakwah sekaligus bisa sebagai media pembelajaran serta informasi kepada masyarakat, apalagi sekarang penulis di dunia islam sudah diakui dikhalayak umum.

3. Membuat ruangan khusus untuk mengadakan konseling islami yang melayani kebutuhan-kebutuhan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang agama.

§ Alasan : masyarakat di desa saya sangat membutuhkan sebuah tempat untuk bertanya tentang permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan agamanya, hal ini bisa dilaksanakan dengan adanya ruang konseling islami, ruangan ini akan ditempati oleh warga-warga yang lebih tahu tentang agama atau pemuda-pemuda desa yang lulusan pondok pesantren untuk melayani dan menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang agama sehingga kebutuhan masyarakat tersebut bisa terpenuhi dan tidak terbengkalai.

4. Mengaktifkan pengajian Al-Qur’an untuk anak-anak dan remaja.

§ Alasan : pengajian untuk anak-anak dan remaja desa sangat penting karena dasar agama islam adalah al-quran, masyarakat dari kecil dan remaja dibiasakan untuk bisa membaca al-quran sehingga masyarakat tidak buta agama sepenuhnya, pengajian ini diadakan rutin setiap hari.

5. Mengaktifkan kegiatan jam’iyah diba’an atau hadroh untuk masyarakat umum, anak-anak, remaja dan dewasa.

§ Alasan : kegiatan jam’iyah sangat kurang bahkan sudah tidak ada lagi di desa saya, maka jam’iyahan ini harus kembali diktifkan untuk mengenalkan islam pada masyarakat melalui sholawatan dan seni hadroh, perlengkapan jam’iyah dan hadroh bisa dibeli dengan system swadaya sehingga masyarakat juga merasa memiliki dan perpartisipasi terhadap seluruh kegiatan mushola.

6. Bekerja sama dengan pemuda kampong dan alumni dari pondok pesantren untuk memakmurkan mushola.

§ Alasan : pemuda adalah elemen masyarakat yang memiliki semangat tinggi apabila dalam metode dakwah bisa bekerja sama maka mushola akan sangat ramai, contoh : pemuda digerakkan untuk ikut kesenian hadroh, membuat majalah dinding dll.

Intelegensi Remaja

INTELEGENSI REMAJA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Abstraksi

Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mempelajari intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi, serta menjelaskan secara teoritik tentang intelegensi.

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif. Serta peneliitian ini menggunakan pendekatan psikologi untuk mekaji hal yang menjadi pokok pembahasan.

Kesimpulan tentang pembahasan intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi ialah remaja harus dapat menyiapkan diri secara penuh dalam mengahadapi era globalisasi, karena globalisasi tidak hanya memiliki dampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif serta Remaja sebagai bibit potensial untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan memilah apa yang baik dan yang buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

1. PENDAHULUAN

A. Judul Laporan

Laporan ini berjudul “Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi”.

B. Latar Belakang Masalah

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Tehnologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif.

Dampak positif dari tehnologi pada era globalisasi adalah semakin mudah dan cepatnya arus informasi yang bisa didapat oleh masyarakat, saat ini jarak antar benua didunia sudah tidak ada. Informasi dipelosok Indonesia dengan mudah dan cepat bisa diketahui oleh orang-orang di Amerika begitu pula sebaliknya, semakin canggihnya fasilitas saat ini sehingga dapat memanjakan konsumen yang membutuhkan. Tidak hanya itu saja, saat ini alat komunikasi tidak hanya berpatokan dengan telpon rumah seperti empat lima tahun yang lalu, namun bisa menggunakan handphone yang dapat dibawa kemana-mana, handphone pun tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sudah di fasilitasi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti kamera, mp3 player, dll.

Namun tehnologi yang didapat masyarakat tidak hanya membawa dampak positif saja, tetapi juga membawa dampak negatif, dampak negatif ini dapat dilihat seperti banyaknya penyalah gunaan internet, internet yang semestinya digunakan untuk mencari informasi seluas-luasnya namun ada yang mengakses hanya untuk membuka situs porno dan vulgar, masalah ini saat ini sampai Negara RI ikut menggulangi dengan memblokir seluruh situs yang menampilkan hal-hal yang berbau porno dan vulgar, baik itu berupa gambar, video, animasi, maupun cerita-cerita porno yang mampu membuat pembacanya mengkhayal tidak jelas, contoh penyalahgunaan tehnologi yang membawa dampak negatif adalah penyalah gunaan fasilitas handphone seperti video porno yang direkam lewat kamera handphone.

Masa remaja pada diri manusia adalah masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, pada masa ini kondisi kejiwaan seorang individu cenderung tidak stabil, setiap saat berubah-ubah bahkan tanpa ada pengaruh sedikit pun dapat berubah. Pada masa ini individu berusaha mencari jati diri dan pendirian, hal ini juga dilakukan dengan mencoba hal-hal yang baru dikenal, karena hal tersebut banyak remaja tidak dapat melewati masa dengan baik sebab gagal pada masa tersebut, banyak yang menjadi pecandu narkoba, hamil diluar nikah, tindakan kriminal, dll.

Karena hal tersebut dalam melewati masa remaja seorang individu diharapkan memiliki pendamping yang dapat membimbing dan mengingatkan pada setiap perilakunya, disamping itu intelegensi seorang individu juga dibutuhkan dalam melewati masa ini.

C. Pembatasan Masalah

Dalam karya ini hanya akan dibahas tentang intelegensi remaja dalam menghadapi era globalisasi. Tinjauan psikologis menjadi fokus penulisan karya ini, sebagai upaya untuk mempelajari proses perkembangan kejiwaan remaja dalam menghadapi era globalisasi.

D. Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang membahas masalah sosial, maka dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif.

2. PEMBAHASAN

A. Pengertian Istilah

Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu.[1]

Remaja adalah : Mulai dewasa, sampai umur untuk kawin.[2] Globalisasi Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.[3]

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi

Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat integensi seseorang individu ada dua, yaitu :

1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.[4]

C. Pengaruh Positif-Negatif dari Globalisasi
Pengaruh positif Globalisasi

· Pada bidang globalisasi, teknologi berkembang pesat. Baik teknologi informasi, komunikasi, maupun transportasi. Sehingga orang dapat berhubungan melewati batas-batas negara.

· Pada bidang Sosial-Budaya, karena transportasi manusia dapat bergerak dinamis dalam bermigrasi, oleh karena itu kadang-kadang terjadi akulturasi budaya.

Pengaruh negatif Globalisasi

· Pada bidang teknologi terjadi penyalah gunaan funsi teknologi untuk hal-hal yang melanggar norma, seperti video porno yang direkam via handphone, atau kasus penipuan via internet.

· Pada bidang Sosial-Budaya, eksistensi kebudayaan lokal suatu daerah terancam akan budaya baru yang terkesan lebih modern, seperti semakin jarang dikenalnya kebudayaan daerah dan pakaian adapt

D. Jenis-jenis potensi Integensi

Menurut Howard Gardner, jenis-jenis potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut.

1. Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.

2. Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan. [5]

3. Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.

4. Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.

5. Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.

6. Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seserang motivator dan fasilitator.

7. Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi(merenung) dan keseimbangan diri.

8. Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.

9. Intelegensi eksistensial, kemampuan seseorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati. [6]

3. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam pembahasan mengenai Intelegensi Remaja dalam Menghadapi Era Globalisasi, antara lain :

1. Remaja dalam menghadapi harus memilki kematangan dalam hal intelegensi, karena globalisasi tidak hanya berdampak positif saja namun juga memiliki dampak negatif.

2. Faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang ada dua, yakni faktor keturunan dan faktor lingkungan.

3. Menurut Howard Gardner jenis-jenis intelegensi ada sembilan, yakni : Intelegensi linguistik, Intelegensi matematis-logis, Intelegensi ruang, Intelegensi kinestetik-badani, Intelegensi musikal, Intelegensi interpersonal, Intelegensi intrapersonal, Intelegensi naturalis, dan Intelegensi eksistensial.

4. Remaja sebagai bibit potensial untuk membangun bangsa pada masa depan harus bisa memilih dan memilah apa yang baik dan yang buruk untuk diri serta kehidupannya agar dapat menjadi harapan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

David Wechsler, 2006, Intelegensi sebagi tolak ukur manusia. Jakarta : Gramedia.

W.J.S Peorwadarminta,1985, Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1985

Anonim, Definisi Globalisasi, www.wikimedia Indonesia.com, diakses 12 Mei 2008

F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1994, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Saifudin Ma’arif, 2004, Agama Sebagai Terapi Jiwa. Bandung :PT Remaja Rosda Karya.



[1] David Wechsler, Intelegensi sebagi tolak ukur manusia, (Jakarta : Gramedia, 2006), hlm 7

[2] W.J.S Peorwadarminta, Kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hlm 813

[3] Anonim, Definisi Globalisasi, www.wikimedia Indonesia.com, diakses 12 Mei 2008

[4] F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1994), hlm 11

[5] Saifudin Ma’arif, Agama Sebagai Terapi Jiwa, (Bandung :PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 73

[6] Ibid,, hlm 73

Dakwah & perilaku

DAKWAH

(Dalam Konsep Perubahan Perilaku)

1. PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul Laporan

Laporan ini berjudul “DAKWAH (Dalam Konsep Perubahan Perilaku)” .

B. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini cepatnya arus informasi dan semakin majunya teknologi yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali pelajar. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tapi di sisi lain juga berdampak negatif.

Dampak positif dari teknologi pada era globalisasi adalah semakin mudah dan cepatnya arus informasi yang bisa didapat oleh masyarakat, saat ini jarak antar benua didunia sudah tidak ada. Informasi dipelosok Indonesia dengan mudah dan cepat bisa diketahui oleh orang-orang di Amerika begitu pula sebaliknya, semakin canggihnya fasilitas saat ini sehingga dapat memanjakan konsumen yang membutuhkan. Tidak hanya itu saja, saat ini alat komunikasi tidak hanya berpatokan dengan telpon rumah seperti empat lima tahun yang lalu, namun bisa menggunakan handphone yang dapat dibawa kemana-mana, handphone pun tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sudah di fasilitasi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti kamera, mp3 player, dll.

Namun teknologi yang didapat masyarakat tidak hanya membawa dampak positif saja, tetapi juga membawa dampak negatif, dampak negatif ini dapat dilihat seperti banyaknya penyalah gunaan internet, internet yang semestinya digunakan untuk mencari informasi seluas-luasnya tetapi ada yang mengakses hanya untuk membuka situs porno, masalah tersebut saat ini sampai Negara RI ikut menangggulangi dengan memblokir seluruh situs yang menampilkan hal-hal yang berbau porno, baik itu berupa gambar, video, animasi, maupun cerita-cerita porno yang mampu membuat pembacanya mengkhayal tidak jelas, contoh penyalahgunaan teknologi lainnya yang membawa dampak negatif adalah penyalahgunaan fasilitas handphone, banyak beredarnya gambar-gambar porno, serta beredarnya video porno yang direkam menggunakan kamera handphone.

Dampak negatif lain dari globalisasi adalah semakin turunnya nilai moral dan tata krama pemuda terhadap orang tua, banyak kita dapatkan pemuda yang tidak punya sopan santun bahkan terhadap kedua orang tuanya sendiri, penggunaan bahasa kromo inggil bagi pemuda asli jawa terhadap orang tua saat ini sudah jarang dapat ditemui, tingkah laku dan cara berpakaian juga sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang ditanamkan secara turun menurun oleh nenek moyang.

Oleh karena itu untuk mengantisipasi segala hal tesebut diperlukan pendidikan secara menyeluruh terhadap aspek perilaku pemuda, pendidikan tersebut dapat dilakukan oleh orang tua dirumah, guru sekolah atau bahkan teman sebaya, selain itu hal ini merupakan beban moral pada para Da’i untuk memdidik dan membimbingnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut dalam karya ini akan dibahas tentang “DAKWAH (Dalam Konsep Perubahan Perilaku)”.

2. PEMBAHASAN

A. Subyek Praktikum

Identitas Subyek Penelitian :

a. Nama : Micke Fitra Jaya

b. Usia : 18 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Sekolah : SMA Negeri 6 Kediri

e. Status Pekerjaan : Pelajar

f. Alamat : Jalan Akasia 21 Rt 02 Rw 01 Kecamatan Pesantren Kediri Jawa Timur

g. Ciri Fisik : Tinggi : 172 cm, Kulit : Sawo Matang, Berkaca Mata

h. Karakteristik : Pendiam, Tertutup agak tomboy.

B. Identifikasi Masalah

Hasil Observasi : Mad’u sebagai anak perempuan memiliki sifat pendiam dan agak tomboy (sifat kelaki-lakian) serta ketika berhubungan dengan keluarga tingkah laku dan pola bahasa masih kurang sopan karena tidak menggunakan bahasa kromo inggil

Hasil Interview dengan teman dan keluarga :

1. Teman

Da’I : bisa obrol bentar nggak?

Teman : iya bisa, ada apa ya?

Da’I : Menurut kamu micke anaknya bagaimana?

Teman : Micke tu anaknya pendiem gak suka bergaul, tapi dipelajaran dia pinter buktinya dia juara 3 terus dan beasiswa dari sekolah.

Da’I : mungkin ada lagi yang kamu pahami tentang micke?

Teman : setahu ku dia anaknya gak suka dandan, jalane juga anak cowok meski dia anaknya pendiem itu tadi.

Da’I : kalau begitu makasih banget ya…

Teman : iya sama-sama

2. Keluarga (Ibu Micke)

Da’I : nyuwun sewu bu (permisi bu)…

Ibu : iya ad enek opo (ada apa)?

Da’I : niku kulo bade tangklet, micke ko kaleh bapak ibu ko boten boso nggeh? (saya mau bertanya micke itu kalau dengan bapak ibu ko tidak bahasa?)

Ibu : micke yo ngono kui ad, bocahe koyo cah lanang, ibu soale ket cilik mosisike dadi konco gawe anak-anake dadine saiki anak-anake ibu yo koyo konco dewe karo ibu (micke ya seperti itu ad, anaknya seperti laki-laki, soalnya dari kecil ibu memosisikan ibu sebagai teman bagi anak-anak ibu, jadinya anak-anak ibu sekarang dengan ibu sudah seperti teman sendiri).

C. Rancangan Program

Rancangan program untuk pendekatan dimulai dari menjadi teman bicara kemudian menjadi teman dekat (cara pendekatan cukup mudah karena sebelumnya sudah cukup kenal dan sudah menjadi teman meski pun tidak dekat).

Rancangan program dakwah dilakukan secara berlahan, yaitu di mulai dari pengenalan kewajiban beibadah sholat, keutamaan berjamaah kemudian pengenalan berpenampilan layaknya perempuan yang wajar yang terakhir pengenalan dan pemakaian bahasa kromo inggil dalam kehidupan sehari-hari.

Rancangan program terapi dilakukan dengan mulai mengajak mad’u sholat berjamaah dimasjid sekolah saat dhuhur, selalu mengecek dan memperhatikan sholat mad’u dengan sms setiap datang waktu sholat wajib kemudian pengenalan berpenampilan layaknya perempuan yang wajar yang terakhir pengenalan dan pemakaian bahasa kromo inggil dalam kehidupan sehari-hari. Semua hal tersebut dilakukan da’I secara berlahan sehingga mad’u tidak terasa didoktrin atau dipaksa.

D. Proses Dakwah

Da’i sebelumnya sudah kenal dan menjadi teman Mad’u meski belum begitu dekat, seiring berjalannya waktu da’i melakuakn pendekatan antar personal yang kemudian posisi da’i dalam kehidupan mad’u adalah teman dekat, teman untuk berbagi suka dan duka. Ketika da’i sudah dekat dengan ,mad’u da’i pun mulai dekat dengan keluarga mad’u mulai dari ayah ibu, saudara mad’u serta keluarga-keluarga yang lain, sehingga da’i pun sering datang bermain kerumah mad’u.

Pada proses perjalanannya da’i sering menjadi teman obrol mad’u disetiap tempat dan setiap waktu apalagi saat ketemu, saat istirahat kedua di sekolah yang biasanya digunakan siswa untuk sholat dhuhur berjamaah dimasjid sekolah meski masih masih asyik obrol dengan mad’u da’I pun sering meninggalkan mad’u dikelas untuk ikut sholat berjamaah dimasjid, karena sering ditinggal da’I untuk sholat akhirnya mad’u pun da’I ajak sekalian untuk ikut dan mad’u pun mau.

Ketika tidak bertemu da’i masih sering hubungan dengan mad’u menggunakan sms, saat datangnya waktu sholat da’I selalu bertanya sudah sholah belum? Kalau mad’u belum sholat biasanya da’I meminta mad’u untuk sholat lebih dulu kemudian baru melanjutkan smsannya. Da’i juga pernah membuat kesempatan dengan mad’u untuk berjamaah pada sholat tahajud, caranya pada tengah malam siapa yang lebih dulu bangun harus membangunkan yang lain. Ketika berkunjung kerumahnya pun saat datang waktu sholat biasanya da’i berjamaah dengan mad’u.

Saat disekolah istirahat pertama biasanya da’I juga mengajak mad’u untuk ikut sholat dhuha berjamaah dimasjid sekolah, seiring berjalannya waktu da’I sudah benar-benar dekat dengan mad’u da’I pun mulai menasehati mad’u untuk mau merubah penampilan yang selama ini seperti laki-laki hendaknya bisa berpenampilan layaknya wanita pada umumnya, mulai cara berpakaian, bersikap, berjalan dan berbicara, mad’u pun berlahan mulai menuruti nasehat da’I dan mulai berubah.

Biasanya kalau berhubungan lewat sms da’I dengan mad’u selalu pakai bahasa Indonesia namun da’I mengajak mad’u untuk merubah bahasa smsannya dengan bahasa jawa kromo inggil dengan alasan agar mad’u terbiasa dengan bahasa itu karena selama ini ketika mad’u berhubungan dan berbicara dengan siapapun bahasa yang dipakai bahasa pergaulan teman sebaya, sehingga kuramg sopan kalau berbicara dengan orang yang lebih tua.

Awal memakai bahasa kromo inggil mad’u merasa kesulitan, karena masih asing dan kurang tahu kosa kata banyak, namun da’I selalu memberi semangat dan memberi saran apabila tidak tahu kosa kata hendaknya bertanya kepada ibunya.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil yang telah dicapai dari proses dakwah adalah :

a. Mad’u saat ini lebih mengetahui agama dan mau menjalankan sholat dengan kesadaran sendiri.

b. Penampilan mad’u yang sebelumnya terkesan seperti laki-laki saat ini sudah terlihat feminim.

c. Mad’u dalam berbicara dengan orang yang lebih tua sudah lebih santun dengan menggunakan bahas kromo inggil meski idak sepenuhnya menggunakan bahasa tersebut.

Tingkat keefektivan proses dakwah, dari pandangan da’I keefektivan proses dakwah sudah cukup baik karena sampai saat ini sikap dan perilaku mad’u sudah berubah feminim, pada tingkat keagamaan dan sholat lima waktu mad’u mulai kendor atau berkurang lagi tingkat kesadaran akan kewajiban sholat, sedangkan untuk perubahan perilaku mad’u saat ini sudah menggunakan bahasa lebih halus dan sopan apabila berbicara dengan orang yang lebih tua.

Faktor pendukung dari proses dakwah ini adalah ijin dan dukungan dari orang tua mad’u, sedangkan untuk factor penghambat da’I tidak menemui hambatan yang besar yang dapat menganggu proses dakwah.

3. PENUTUP

Kemajuan teknologi tidak hanya memiliki manfaat positif saja, namun juga memiliki dampak negatif, saat ini banyak ditemukan remaja yang sudah berperilaku diluar batasan moral agama dan sosial, sehingga sangat diperlukan sekali pendidikan keagamaan dan moralitas namun bukan dengan system ceramah atau pendidikan disekolah saja, tapi harus dengan system pendekatan perseorangan sebagai teman yang baik dan yang memberikan contoh yang baik serta mengajak untuk melakukan hal yang baik.

Penulis menyadari dalam proses pembuatan laporan terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan laporan. Terakhir tidak lupa penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan laporan dan proses dakwah kepada mad’u.

Dakwah & puasa

DAKWAH DAN PUASA

(Dalam Perspektif Siswi SMA)

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama rahmatallil alamin yang dibawa oleh rasul penutup pilihan Allah SWT Muhammad SAW. Saat awal penyampaian risalah kenabian sudah terdapat kecaman penolakan oleh bangsa kair Quraisy dan bangsa-bangsa Arab yang lain, namun nabi tidak pernah gentar untuk menyampaikan kebenaran kepada ummat, muhammad merupakan pembawa risalah sekaligus juru dakwah paling handal dalam sejarah Islam.

Beliau menyampaikan dakwah dengan bijak, tidak hanya ucapan dan fatwa namun juga disertai diskusi dialog interaktif serta terdapat contoh perbuatan yang langsung diberikan, hal ini juga sesuia dengan firman Allah SWT pada QS.An Nahl : 125 :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Sebagai ummat Islam para sahabat sepeninggalan nabi pun juga menyampaikan menyiarkan islam kepelosok penjuru dunia, namun kewajiban berdakwah tidak hanya terbebankan kepada para sahabat, tabiin atau yang saat ini kyai, kewajiban menyampaikan kebenaran islam terletak dipundak setiap kaum muslim, hal ini sesuai dengan QS. Ali Imron : 104 ;

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Namun realitas yang terjadi saat ini semakin menipisnya keimanan dan keyakinan ummat Islam di Indonesia, jangankan untuk menyiarkan agama Allah mengetahui sebagian hal yang wajib saja masih banyak ummat islam di Indonesia sangat banyak yang tidak mengetahui, hal ini sungguh ironis karena dimata publik dunia Indonesia merupakan Negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak.

Saat ini kalimat dakwah gerakan dakwah dimata masyarakat cenderung dipandang angker dan sakral sekali yang bersifat statis tidak dinamis hal ini yang menghambat proses dakwah sampai kemasyarakat, selain itu pengertian masyarakat akan arti asli kata dan gerakan dakwah saja sudah mengalami kesalahan, pandangan yang salah ini sudah menyatu dalam setiap elemen masyarakat tidak terkecuali pemuda, oleh sebab realitas diatas penulis memberi judul laporan ini “Dawah dan Puasa (dalam perspektif siswa SMA)”.

B. Penjelasan Istilah

DAKWAH ialah suatu proses upaya menyeru atau mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah yaitu Islam.[1]

PUASA ialah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.[2]

C. Subyek Pertanyaan

1. Identitas Subyek Penelitian :

    1. Nama : Norma
    2. Usia : 18 Tahun
    3. Pendidikan : SMA
    4. Sekolah : SMK Koperasi Yogyakarta
    5. Status Pekerjaan : Pelajar

2. Identitas Subyek Penelitian :

    1. Nama : Ayu
    2. Usia : 18 Tahun
    3. Pendidikan : SMA
    4. Sekolah : SMK Koperasi Yogyakarta
    5. Status Pekerjaan : Pelajar

3. Identitas Subyek Penelitian :

    1. Nama : Dea
    2. Usia : 18 Tahun
    3. Pendidikan : SMA
    4. Sekolah : SMA Negeri 6 Kediri
    5. Status Pekerjaan : Pelajar

D. Hasil Interview

1. Hasil interview Norma

Fuad : Menurut kamu Dakwah itu apa?

Norma : Menurut aku dakwah itu nyebarin agama Islam dan nuntun orang kejalan yang benar.

Fuad : Kegiatan dakwah itu apa saja menurut kamu ?

Norma : Kegiatan dakwah dilakukan lewat ceramah-ceramah tapi ada kalanya tidak harus menggunakan ceramah, karena kalau yang diceramahi kadang sulit buat paham apa yang disampaikan

Fuad : Terus harapan kamu setelah puasa ramdhan kemarin apa?

Norma : Harapan aku setelah puasa ramadhan kemarin adalah supaya bisa lulus dari sekolah dengan nilai terbaik, dapat jodoh yang shaleh terus dapat kerja yang mapan.

2. Hasil interview Ayu

Fuad : Menurut kamu Dakwa itu apa?

Ayu : Menurut aku dakwah itu orang yang ceramah dan memberi nasehat pengetahuan keagamaan. Dakwah juga merupakan kegiatan yang menggunakan pendekatan yang maha kuasa terus upaya untuk mempengaruhi orang lain biar lebih baik.

Fuad : Kalau menurut kamu kegiatan dakwah itu apa aja?

Ayu : Menurut aku kegiatan dakwah jangan cuma ceramah karena kalau ceramah nanti pada bosen semua, ya harus ada dialog interaktif.

Fuad : Harapan kamu setelah puasa ramdhan kemarin apa?

Ayu : Harapan ku setelah puasa ramadhan kemarin pengen tambah deket dengan Allah SWT setelah menjalankan ibadah puasa kemarin.

3. Hasil interview Dea

Fuad : Menurut kamu Dakwah itu apa?

Dea : Menurut aku dakwah itu sama seperti ceramah, seperti orang yang sedang menyebarkan ajaran agama Islam dengan bertatap muka dengan orang yang diceramahi secara langsung.

Fuad : Kegiatan dakwah menurut kamu apa aja?

Dea : Selain mereka cermah memberi tahu kesemua orang tapi mereka juga melakukan apa yang diucapkan terus insyaallah mereka juga dengan berbuat amal.

Fuad : Harapan kamu setelah puasa ramadhan kemarin apa?

Dea : Harapan aku setelah puasa kemarin ialah aku pengen lebih khusyuk dalam beribadah, belajar dan beradptasi dengan orang lain.[3]

E. Analisis Hasil Interview

ANALISIS MAKNA DAKWAH menurut subyek penelitian dakwah cenderung identik dengan ceramah yang menasehati, mengajak kepada kebaikan dan unuk sebarkan agama Islam.

ANALISIS KEGIATAN DAKWAH menurut subyek penelitian yang disebut kegiatan dakwah ialah kegiatan ceramah keagamaan namun audiens menginginkan tidak hanya sekedar ceramah harus juga disertai kegiatan dialog atau diskusi interaktif dan pada da’i juga harus bisa memberi contoh atau berdakwah dengan menggunakan amal.

ANALISIS KEINGINAN PASCA RAMADHAN keinginan audien pasca ramadhan sangat bermacama-macam namun dapat dirumuskan keinginan audiens adalah dapat lulus ujian akhir nasional, mendapat jodoh dan pekerjaan yang layak, kemudian keinginan untuk lebih dekat kepada Allah SWT, lebih khusyuk dalam beribadah dan lebih baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

F. Penutup

DAKWAH ialah suatu proses upaya menyeru atau mengubah sesuatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah yaitu Islam, Saat ini kalimat dakwah gerakan dakwah dimata masyarakat cenderung dipandang angker dan sakral sekali yang bersifat statis tidak dinamis hal ini yang menghambat proses dakwah sampai kemasyarakat, selain itu pengertian masyarakat akan arti asli kata dan gerakan dakwah saja sudah mengalami kesalahan, pandangan yang salah ini sudah menyatu dalam setiap elemen masyarakat tidak terkecuali pemuda.

Namun dari hasil observasi dapat dirumuskan hasil analisis makna dakwah cenderung identik dengan ceramah yang menasehati, mengajak kepada kebaikan dan unuk sebarkan agama Islam. Kegiatan dakwah ialah kegiatan ceramah keagamaan namun audiens menginginkan tidak hanya sekedar ceramah harus juga disertai kegiatan dialog atau diskusi interaktif dan pada da’i juga harus bisa memberi contoh atau berdakwah dengan menggunakan amal. Dan keinginan audien pasca ramadhan sangat bermacam-macam namun dapat dirumuskan keinginan audiens adalah dapat lulus ujian akhir nasional, mendapat jodoh dan pekerjaan yang layak, kemudian keinginan untuk lebih dekat kepada Allah SWT, lebih khusyuk dalam beribadah dan lebih baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.



[1] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwa, (Ciputat :Logos wacana ilmu, 1999), hlm.31

[2] Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung :Sinar bari agasindo, 2000), hlm.220

[3] Interview dilakukan secara bersamaan pada tanggal 25 Oktober 2008 dengan menggunakan media SMS

masjid

MASJID SEBAGAI MEDIA DAKWAH

1. PENDAHULUAN

A. Judul dan Tema Penelitian

Penelitian ini berjudul “Masjid Sebagai Media Dakwah”, penelitian ini memilih tema “Fungsi Fasilitas Masjid Sebagai Media Dakwah Yang Efektif pada masjid Ja’far Nurul Muttaqin”.

B. Latar Belakang Masalah

Menurut kajian ilmu sosiologi agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia, meskipun demikian ternyata tidak semua pemeluk agama Islam di Indonesia melaksanakan ajaran agamanya sebaik mungkin, persoalan tersebut dapat diambil contoh dengan sering ditinggalnya kewajiban sholat lima waktu oleh ummat, saat ini masjid sudah sepi dari orang-orang yang beribadah, kemauan dan kebutuhan beribadah ummat saat ini sangatlah kurang. Karena realitas tersebut pihak takmir masjid berusaha menggunakan segala daya dan upaya untuk memunculkan etos kemauan dan kebutuhan dalam beribadah ummat.

Dalam usahanya memunculkan etos kemauan dan kebutuhan dalam beribadah pihak takmir berusaha memaksimalkan fasilitas yang terdapat dimasjid sebagai media dakwah yang efektif untuk masyarakat, hal ini terbukti efektif dengan fasilitas yang memadai, sumber daya manusia yang mumpuni (TAKMIR) maka dapat mengaktifkan kembali etos beribadah dalam diri masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan pada latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya maka, masalah yang akan diteliti panulis batasi dan rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah bentuk bangunan masjid dan penyegaran fisik masjid dapat mempengaruhi ibadah jamaah masjid Ja’far Nurul Muttaqin?

2. Apakah fasilitas yang terdapat pada masjid Ja’far Nurul Muttaqin mampu menunjang kegiatan dakwah masjid?

D. Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang membahas masalah sosial, maka dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif.

2. HASIL PENELITIAN

A. Bangunan

Bangunan masjid Ja’far Nurul Muttaqin adalah bangunan masjid lama yang direnovasi ulang oleh Takmir pada tahun 1997, namun proses perenovasian pada tahun itu hanya bersifat menambah luas bangunan masjid saja tanpa merusak bangunan yang asli, sejak tahun 1997 bangunan masjid lama diperuntukkan untuk jamaah perempuan sedangkan bangunan yang baru dari hasil renovasi diperuntukkan untuk jamaah laki-laki.

Bangunan masjid Ja’far Nurul Muttaqin berartsitek klasik, perpaduan antara bangunan joglo (Rumah adat Jawa), arsitektur Cina dan Arab, bentuk bangunan mirip dengan joglo, ukiran yang terdapat dalam bangunan mesjid menggunakan konsep ukiran Cina, sedangkan bercorak Arab adalah masjid tersebut masih menggunakan mihrab yang besar tempat imam berkhotbah pada hari jum’at.

Masjid ini menggunakan cat berwarna hijau muda dan hijau tua, pemilihan cat tersebut menurut Takmir masjid melambangkan kesejukan yang ada dalam masjid.

Bentuk bangunan yang unik pada masjid Ja’far Nurul Muttaqin ternyata mampu meningkatkan minat masyarakat sekitar masjid untuk beribadah, terlebih banyak musafirin yang juga berminat utnuk singgah beribadah di masjid tersebut.

B. Fasilitas

Masjid Ja’far Nurul Muttaqin memilki fasilitas penunjang sebagai berikut :

1. Kamar Mandi 6. Rukuh

2. Tempat Wudhu 7. Sajadah

3. Perputakaan Kecil 8. Kipas Angin

4. Al-Quran 9. Mikrofon

5. Parkir Luas 10. Mimbar

Fasilitas-fasilitas tersebut adalah fasilitas-fasilitas yang sudah lama dimiliki oleh masjid Ja’far Nurul Muttaqin, walaupun fasilitas yang ada di masjid tersebut adalah fasilitas lama ternyata fasilitas tersebut sangat menunjang kegiatan yang diadakan oleh takmir masjid untuk jamaah. Selain itu parkir yang ada dapat juga digunakan sebagai lapangan olah raga bulu tangkis.

Karena fungsi fasilitas yang berbagai macam tersebut, kegiatan dakwah di masjid Ja’far Nurul Muttaqin dapat berjalan baik dan maksimal.

3. PENUTUP

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah ummat muslim Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut mushola, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.

Pada masjid Ja’far Nurul Muttaqin kegiatan dakwah dan kemasyarakatan sudah berjalan dengan baik, bentuk bangunan yang unik menyerupai joglo membuat masyarakat tertarik untuk datang ke masjid, fasilitas yang disediakan oleh pihak takmir masjid Ja’far Nurul Muttaqin cukup lengkap, walaupun fasilitas tersebut tidak baru namun dapat menunjang dengan baik setiap kegiatan yang diadakan oleh takmir dan remaja masjid.

Pemakalah menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah